Wall Street Ditutup Variatif: Saham Eli Lilly dan Apple Angkat Pasar di Tengah Kekhawatiran Suku Bunga

Logo Apple Foto: REUTERS

New York – Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (17/4/2025). Pergerakan pasar dipengaruhi oleh optimisme terhadap kemajuan negosiasi dagang AS–Jepang serta kekhawatiran investor terkait arah kebijakan suku bunga The Fed.

Indeks S&P 500 naik tipis 0,13% menjadi 5.282,70, sementara Nasdaq turun 0,13% ke 16.286,45. Di sisi lain, Dow Jones melemah cukup dalam sebesar 1,33% ke level 39.142,23.

Kenaikan saham Eli Lilly menjadi salah satu pendorong utama pasar. Saham perusahaan farmasi ini melonjak 14% setelah mengumumkan hasil uji coba yang menjanjikan dari obat baru mereka yang menunjukkan efektivitas setara dengan Ozempic dalam menurunkan berat badan dan gula darah pada pasien diabetes.

Saham Apple juga naik 1,4%, menyusul pemulihan penjualan iPhone dari tekanan sebelumnya. Namun, sektor kesehatan menjadi pemberat indeks setelah UnitedHealth anjlok 22% akibat penurunan proyeksi laba tahunan. Saham CVS Health turun hampir 2%, dan Humana terkoreksi 7,4%.

Dari 11 sektor dalam indeks S&P 500, delapan sektor mencatat kenaikan, dipimpin oleh sektor energi yang naik 2,3%, disusul sektor barang kebutuhan pokok konsumen yang menguat 2,2%.

Dalam perdagangan lanjutan, Netflix naik 2,5% setelah melampaui ekspektasi kinerja kuartalannya dan memberikan prospek pendapatan yang positif. Sementara itu, saham Alphabet (Google) turun 1,4% menyusul putusan pengadilan bahwa Google melanggar hukum dalam mendominasi pasar teknologi iklan digital.

Selama sepekan yang dipersingkat karena libur Jumat Agung, ketiga indeks utama mencatat penurunan:

  • S&P 500 turun 1,5%

  • Nasdaq turun 2,6%

  • Dow Jones melemah 2,7%

Sejak awal April, S&P 500 telah terkoreksi sekitar 7%, dipicu oleh ketidakpastian kebijakan tarif yang diumumkan mantan Presiden Donald Trump. Meskipun rencana tarif besar itu ditunda, pasar masih menunggu kepastian soal cakupan dan dampaknya terhadap sektor-sektor tertentu.

Dalam pernyataan terbarunya, Trump kembali menyerang Ketua The Fed Jerome Powell dan mendesak penurunan suku bunga secepatnya. Namun, Ketua The Fed sebelumnya telah memperingatkan bahwa kebijakan dagang Trump bisa memicu inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, para pedagang di pasar berjangka hanya memberi kemungkinan 6% terjadinya penurunan suku bunga pada Mei, menurut CME FedWatch Tool. Di sisi lain, jajak pendapat Reuters menunjukkan meningkatnya kekhawatiran resesi dalam 12 bulan ke depan.

Data tenaga kerja AS yang dirilis Kamis menunjukkan penurunan jumlah klaim pengangguran, menandakan pasar tenaga kerja tetap kuat. Namun ketidakpastian tarif membuat perusahaan masih berhati-hati dalam menambah tenaga kerja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *