Di tengah hiruk-pikuk pemberitaan politik dan ketidakpuasan publik terhadap kinerja sejumlah pemimpin daerah, muncul sosok yang dengan cara kepemimpinan uniknya berhasil mencuri perhatian masyarakat luas, bahkan hingga di luar wilayah kebijakannya. Sosok itu adalah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang biasa dikenal dengan sebutan KDM.
Saya pribadi bukan warga Jawa Barat. Namun jujur, saya sangat terharu dan sekaligus bangga menyaksikan bagaimana KDM menjalankan peran sebagai pemimpin bukan hanya dari balik meja, tetapi benar-benar hadir secara fisik dan emosional di tengah masyarakat yang dipimpinnya. Banyak dari kita barangkali telah menonton video-videonya yang tersebar di media sosial, baik saat beliau membersihkan selokan, memeluk warga yang kesusahan, hingga membina anak-anak nakal dengan cara yang sangat manusiawi namun tetap tegas.
Salah satu program yang menurut saya sangat inspiratif adalah inisiatif beliau menempatkan anak-anak yang bandel, susah diatur, atau berpotensi menyimpang di tempatkan ke barak militer sebagai bentuk pembinaan karakter dan kedisiplinan. Di saat banyak pemimpin hanya bisa mengeluh soal kenakalan remaja, KDM justru hadir dengan solusi konkret dan terukur. Ini bukan soal hukuman, melainkan soal pendidikan karakter. Anak-anak tersebut diberi ruang untuk berubah, dibina agar mengenal tanggung jawab dan disiplin, bukan dicap dan disingkirkan.

Kepemimpinan KDM juga tampak dari tindakan-tindakan sederhana namun penuh makna. Saat banyak pemimpin hanya memantau kondisi infrastruktur dari jauh atau dari balik layar presentasi, KDM justru memilih untuk turun langsung membersihkan selokan. Bukan sekadar simbolik atau pencitraan, tapi nyata. Ia tidak hanya datang untuk menyalahkan siapa yang tidak bekerja, melainkan ikut bekerja. Itulah bentuk kepemimpinan yang tidak hanya memerintah, tapi memberi contoh.
Tidak berhenti di situ, beliau juga memperhatikan sisi kemanusiaan warga yang tergusur dari pinggir sungai. Bukan hanya menggusur dan pergi, KDM hadir dengan solusi, dan lebih penting lagi, memberi kompensasi. Ini adalah pemimpin yang mengedepankan rasa, bukan sekadar logika anggaran atau formalitas administrasi. Ia paham bahwa pembangunan tak boleh mengorbankan kemanusiaan.
Ironisnya, di tengah semua kerja nyata tersebut, tetap saja ada suara-suara miring yang berusaha menjatuhkan. Sebagian menyebutnya “Gubernur konten”, seolah-olah kehadirannya di media sosial hanyalah pencitraan belaka. Tapi mari kita lihat realitanya, konten-konten yang beliau buat bukan hanya membangun citra, tapi benar-benar membawa manfaat. Dan sebagian hasil dari konten tersebut bahkan disalurkan kembali untuk rakyat.

Kita juga bisa menyaksikan bagaimana saat berbicara di hadapan publik, KDM hampir tidak pernah menggunakan teks. Ia berbicara dari hati, berdasarkan pengalaman dan pemahaman terhadap masalah rakyat. Ini adalah ciri pemimpin yang tidak hanya hafal teori, tetapi menguasai realitas lapangan.
Dari semua hal tersebut, saya ingin menyampaikan satu pesan penting kepada seluruh pemimpin daerah di Indonesia khususnya di daerah Lampung tempat saya dilahirkan, jangan gengsi meniru kinerja-kinerja baik seperti yang dilakukan KDM. Jika ada program yang berhasil di satu daerah, tidak perlu malu untuk mencontohnya, walaupun saat ini sudah baik dilakukan dengan cara pemimpin itu sendiri. Rakyat tidak peduli siapa yang memulai terlebih dahulu, yang rakyat harapkan adalah perubahan dan kedekatan yang dirasakan.
Sering kali kita menyaksikan pemimpin terlalu sibuk menjaga gengsi dan ego politik. Mereka enggan mengadopsi program bagus hanya karena itu bukan ide mereka sendiri. Padahal, jika niat kita benar-benar untuk rakyat, kenapa harus malu meniru yang baik?
Juga saya ingin mengatakan bahwa rakyat saat ini sudah semakin cerdas dalam menilai. Mereka tidak lagi mudah terpukau oleh gelar, janji, atau kemewahan protokoler. Yang mereka inginkan adalah pemimpin yang hadir, bekerja, dan menyatu bersama mereka. Pemimpin yang tidak hanya membuat kebijakan, tetapi juga menghidupkan harapan.
Maka, untuk semua pemimpin daerah, jangan gengsi meniru kinerja baik KDM. Karena rakyat akan mencintai pemimpin yang mau bekerja dan berbaur, bukan yang hanya hadir dalam rapat dan diskusi panjang yang ujung-ujungnya hanya sedikit membawa solusi nyata.
Opini oleh; Jeffry Noviansyah (Pemimpin Redaksi Lampung7.com)